Kamis, 12 Juli 2012

Buah Kejujuran dan Ketekunan


Assalamu’alaikum Wr Wb.
Kisah ini diambil dari kisah nyata perjalan hidup seseorang, sebut saja namanya Pak Imron. Pak Imron memiliki seorang istri bernama Nisa dan dua orang anak laki-laki Kendar dan Kubil. Mereka hidup bersahaja di sebuah dusun yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Pak Imron dan Bu Imron bukan penduduk asli dusun itu, tetapi pendatang dari seberang pulau.

Pribadi Pak Imron sedikit tertutup, berbeda dengan Bu Imron yang bisa lebih bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Tak heran jka hanya tetangga dekat saja yang kenal baik dengan beliau. Bicaranya satu – satu  dan straight to the point. Cara mengambil keputusan sering kali terkesan saklek dan tanpa kompromi. Tapi, itulah cirri khas Pak Imron.

Hari demi hari mereka lalui dengan rutinitas hidup. Sehabis sholat shubuh Pak Imron berangkat ke kantor naik ojek. Lalu berganti-ganti  naik kendaraan  umum sebelum tiba di kantor di daerah Jakarta Barat. Begitupun jika pulang kantor, Pak Imron naik kendaraan umum dan tiba di rumah sudah larut malam. Sehingga intensitas bertemu dan berinteraksi dengan anak-anaknya  juga sangat sedikit. Anak-anaknya lebih banyak berinteraksi dengan Bu Imron yang seorang ibu rumah tangga. Anak-anaknya dididik sangat ketat dalam bergaul dan waktunya dihabiskan untuk belajar dan belajar. Tak heran kedua anaknya mempunyai prestasi akademik yang sangat baik di sekolahnya.

Suatu saat, perusahaan Pak Imron pindah kantor ke sebelah timur Jakarta. Karena tempat yang lama sudah tidak mampu lagi menampung perkembangan perusahaan yang cepat. Di tempat baru Pak Imrom mendapat anugerah berupa promosi jabatan baru dan mendapat fasilitas kendaraan pribadi. Dengan jabatan dan fasilitas kendaran ini terlihat pribadi Pak Imron tidak berubah sama sekali, tetap low profile. Istri dan kedua anaknyapun terlihat biasa-biasa saja. Tidak terlihat shock culture akibat menjadi OKB = Orang Kaya Baru. Semua kehidupan dijalankan seperti biasa. Tidak nampak  perubahan seperti OKB pada umumnya yang suka makan di restaurant, liburan ke luar kota, menginap di hotel mewah dan belanja di mal-mal terkenal. Bu Imron masih setia belanja di penjual sayur dorongan.

Waktu terus berjalan, genap sudah 20 tahun mengabdi di perusahaan. Pak Imron memasuki masa pensiun. Beliau menghadap HRD dan managemen untuk berpamitan. Saat berpamitan belaiu mengucapkan terima kasih atas jasa-jasa perusahaan mulai dari tidak punya apa-apa (rumah masih ngontrak) sampai punya rumah sendiri. Dan saat itu pula mobil dinas dikembalikan ke kantor. “Masih banyak manager lain yang lebih membutuhkan”, katanya. Semua yang hadir, melongo, heran dan kaget. Selama ini belum ada kejadian seperti ini, kata HRD Manager.

Pulanglah Pak Imron ke rumah dengan naik taxi. Sikap orang orang kantor termasuk receptionist sudah berubah, tidak hormat seperti waktu Pak Imron menjabat. Sampai di rumah ada protes dari anaknya yang menanyakan kenapa mobil tidak tersedia lagi. Hanya Bu Imron yang terus memguatkan hati dan mental agar kuat menghadapi masalah ini. Esok hari, alangkah terkejutnya saat check rekening di ATM, ternyata uang yang ditransfer perusahaan melebihi jumlah uang pensiun yang semestinya diterima. Merasa ganjil, Pak Imron menghubungi kantor untuk mengkonfirmasikan apakah jumlah uang yang ditransfer itu benar atau salah.  Dan subhanalloh, dijawab oleh  bagian keuangan  kantor bahwa jumlah uang yang ditrasfer itu benar. Alhamdulillah, Pak Imron bersyukur dan segera pulang ke rumah untuk memberitahukan keajaiban ini kepada istri dan anaknya. Dan ternyata kelebihan uang yang ditransfer itu seharga mobil baru. Esoknya Pak Imron bergegas ke dealer untuk memesan mobil baru, untuk mengobati kekecewaan anaknya. Dan ternyata tidak sampai di sini saja keajaiban yang dialami Pak Imron, karena perusahaan juga memberikan penghargaan yaitu meminta beliau untuk menangani perawatan gedung dan mensupply peralatan keamanan pekerja pabrik.

Inilah sekelumitl kisah nyata buah dari kejujuran dan ketekunan . Pepatah mengatakan, man jadda wajadda, siapa bersungguh-sungguh akan berhasil Peribahasa kita juga menegaskan siapa menanam pasti akan menuai . Pesan dari kisah ini adalah sikap jujur, istiqomah dan qona’ah akan memberikan hasil yang optimal. Dan perbanyaklah menebar kebaikan agar kita menuai hasil baik pula di kemudian hari.

Tulisan ini khusus saya apresiasikan dan dedikasikan kepada seseorang yang memberikan begitu banyak inspirasi dan pengalaman rohani.  Semoga bermanfaat untuk kita semua. Amiin

Wass Wr Wb // BB

1 komentar:

  1. Suatu pribadi yang yang patut jadi tauladan dan juga panutan bagi generasi dibawanya.

    BalasHapus