Rabu, 22 April 2015

Nyanyian hati seorang Pak Todih


Aku terlahir bagai binatang jalang. Yang mengais sisa makanan terbuang. Di lorong gelap dan sempit tak bertuan. Aku meranggas bagai rumput terbakar mentari. Aku menggigil terhempas hujan tiada henti. Aku meraung menahan lapar dan perih. Namun, tiada satupun orang peduli.

Kemiskinan makin menggerus hidupku. Kesulitan makin melilit tubuhku. Aku terhempas dan terkapar. Sakit pneumonia hinggap di paru-paruku. Tubuhku kurus kering tak lagi berdaging. Kedua kakiku tak lagi mampu bergerak. Saat istri tercinta pergi meninggalkanku

Ternyata ,…oh terntaya…Alloh masih menyayangiku. Alloh belum ijinkan roh pergi dari tubuhku. Alloh masih memberi kesempatan. Untuk hidup sekali lagi…bukan kedua kali. Aku terhenyak…..Perlahan aku kumpulkan sisa-sisa semangatku. Aku pungut harapan-harapanku. Untuk mulai melangkah maju

Hingga tiba waktuku……Alloh menuntunku bersentuhan dengan majelis ta’lim. Majelis yang menyantuni anak yatim dan dhuafa. Majellis yang mengajarkan doa, sholat, akhlaq dan membaca Al Quran. Sungguh mulia majelis ini….Tak terpikirkan olehku. Alloh memberikan hidayah dan jalan lurus. Di sisa waktuku

Kini,….aku sudah terbiasa dengan  air wudhu. Karena aku tak berani  abaikan kewajiban lima waktu. Hidupku jadi lebih bermakna. Hidupku lebih bermanfaat. Walau aku hanyalah seorang pemulung.  Tapi aku makin gemar berinfaq. Sebagai wujud rasa syukur atas kemurahanNya. Sebagai ungkapan cinta kepada anak yatim dan dhaufa.Yang telah berinfaq botol bekas air mineral tiap minggu. Untukku

* Pak Todih adalah pemulung binaan A Nahl 16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar