Aku terlahir bagai binatang jalang. Yang mengais sisa makanan terbuang. Di lorong gelap dan sempit tak bertuan. Aku meranggas bagai rumput terbakar mentari. Aku menggigil terhempas hujan tiada henti. Aku meraung menahan lapar dan perih. Namun, tiada satupun orang peduli.
Kemiskinan makin menggerus hidupku. Kesulitan makin melilit tubuhku. Aku terhempas dan terkapar. Sakit
pneumonia hinggap di paru-paruku. Tubuhku
kurus kering tak lagi berdaging. Kedua kakiku
tak lagi mampu bergerak. Saat istri
tercinta pergi meninggalkanku
Ternyata
,…oh terntaya…Alloh masih
menyayangiku. Alloh belum
ijinkan roh pergi dari tubuhku. Alloh masih
memberi kesempatan. Untuk hidup
sekali lagi…bukan kedua kali. Aku
terhenyak…..Perlahan aku
kumpulkan sisa-sisa semangatku. Aku pungut
harapan-harapanku. Untuk mulai
melangkah maju
Hingga tiba waktuku……Alloh menuntunku bersentuhan dengan majelis ta’lim. Majelis yang menyantuni anak yatim dan dhuafa. Majellis yang mengajarkan doa, sholat, akhlaq dan membaca Al Quran. Sungguh mulia majelis ini….Tak terpikirkan olehku. Alloh memberikan hidayah dan jalan lurus. Di sisa waktuku
Kini,….aku sudah terbiasa dengan air wudhu. Karena aku tak berani abaikan
kewajiban lima waktu. Hidupku jadi lebih bermakna. Hidupku lebih bermanfaat. Walau aku hanyalah seorang pemulung. Tapi aku makin gemar berinfaq. Sebagai wujud rasa syukur atas
kemurahanNya. Sebagai ungkapan cinta kepada anak yatim dan dhaufa.Yang telah berinfaq botol bekas air mineral tiap minggu. Untukku
* Pak Todih adalah pemulung binaan A Nahl 16

Tidak ada komentar:
Posting Komentar