Mimpi,...bagi sebagian orang hanyalah "bunga tidur" yang tidak jelas makna dan gunanya. Seringkali pemimpi diolok-olok dengan peribahasa " bagai pungguk merindukan bulan", yang artinya sesuatu yang mustahil alias impossible. Well,.. saya punya tafsir lain. Orang yang berani bermimpi berarti
dia mempunyai spirit untuk “ merubah
nasib” dari keadaan impossible menjadi possible, from nothing to something.
Wow,…ini menarik. Jadi bermimpi itu punya kekuatan yang luar bisa untuk
melepaskan diri dari keadaan saat ini yang serba terbatas menjadi serba bisa (serba ada ) . “ Mimpi” sebagai kata benda akan menjadi tidak berarti apa-apa jika
tidak diubah menjadi kata kerja “bermimpi”. Artinya perlu ada follow up dan
action plan untuk mewujudkan mimpi itu. Saat itulah gerakan “bermimpi” akan mengalirkan energi
yang luar biasa besar untuk menggerakkan seluruh potensi yang ada pada diri
kita menuju satu target….berubah dan menjadi lebih baik, kata lain dari sukses.
Awal kegiatannya majelis ini hanya
menyelenggarakan pengajian rutin, tausiah agama, makan…..lalu pulang. Tidak ada
follow up dan implementasi terhadap tausiah agama yang disampaikan berbusa-busa
oleh ustadz. Lama kelamaan majelis ini bagaikan pohon yang daunnya lebat tetapi
tidak ada buahnya. Ada sih manfaatnya tetapi kurang maksimal. Sebenarnya yang baik adalah
semakin banyak pengetahuan tentang agama maka makin banyak pula amal perbuatan yang
bermanfaat bagi ummat dan lingkungannya. Simpel tapi tidak mudah implementasinya.
Sebab ilmu agama itu bukan hanya konsep
indah yang hanya enak dibicarakan di mimbar dan majeli ta’lim. Ilmu agama juga
bukan hanya janji manis surga bagi yang taat dan ancaman neraka bagi yang
melanggar. Ilmu agama juga bukan hanya
ritual peribadatan untuk meredam hawa nafsu dan mencari ketenangan jiwa
manusia. Tetapi ilmu agama itu sebagai suatu sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia dan alam agar semua berjalan dengan baik, benar , teratur dan smooth .
Karena itu harus ada produk akhir dari sistem tersebut. Jika produknya kurang
bagus berarti ada sistem yang tidak berfungsi. Jika tidak punya produk berarti
kita tidak menjalankan sistem tersebut dengan benar ( mengaku beragama tetapi
sebetulnya tidak beragama ).
Kesadaran ini menggugah jamaah untuk mem balance antara ta’lim dengan
implementasi ( amal perbuatan ) di masyarakat. Kami memilih da’wah bil hal di
masyarakat. Terngiang di telinga kami saat ustadz menyampaikan tausiah “ Tahukah kamu
(orang ) yang mendustakan agama ? Itulah orang menghardik anak yatim dan tidak
menganjurkan memberi makan orang miskin”. Well, ...mement ini kemudian menjadi
“milestone” sekaligus pilot project. Lalu kami patungan untuk “belajar” menyantuni yatama, tapi
mampu nggak ya….? Berapa anak yatim yang akan kita santuni,…1…2…3…4…atau…? Berapa
nominal santunan yang akan kita berikan..? Apakah kita bisa konsisten
menyantuni tiap bulan…? Bagaimana jika keuangan kita tiba-tiba seret…? Tapi
subhanallah……semua keraguan itu ditepis Alloh dan atas pertolonganNya, beberapa dermawan bersimpati dan
menggelontorkan dana kepada kami. Yang awalnya berat
sekali " even though 3 person only ", sekarang 10 anak yatim pun bisa .
Jujur,……darah kami “mendidih”. Kami semakin percaya bahwa “dompet” Alloh
sangat banyak. Berbeda dengan isi dompet kita yang sangat terbatas jumlahnya. Kami merasa seperti
“kebanjiran” dana . Hari-hari berikutnya selalu dikejutkaran dengan aliran dana
yang mengalir deras. Oleh karena itu, setelah empat bulan berjalan menyantuni 10 yatama, kami memutuskan menambah lagi 13 orang dhuafa . Sehingga total menjadi 23
anak. Sampai di sisi cerita kemudian berubah 180 derajat. Nahkoda kami dihantam “angin
buritan” disertai petir dan halilintar menyambar-nyambar. Kapal sedikit oleng dan terhempas ke kanan dan ke kiri. Awak kapal bersikap sigap dan segera merapatkan
barisan, saling bergandengan tangan untuk menguatkan dan meneguhkan tekad untuk
menyelamatkan kapal. Pelan tapi pasti angin buritan bisa ditaklukan seiring dengan meredanya sambaran petir dan
hailintar. Kapalpun kini melaju dengan
sangat gagah, cepat dan kokoh. Sejalan dengan itu nahkoda kapal kini sudah
pulih kembali dari “mabuk laut” dan bersiap menjalankan kemudi kapal seperti
sedia kala. Alhamdulillah, Alloh memberi kami kekuatan luar biasa untuk
menjalani cobaan ini dan keluar dari kesulitan yang mendera kami.
Kini setelah kami “lulus” ujian dan semakin kuatnya financial, tekad,
semangat dan cita cita kami untuk menyantuni yatama, dhuafa dan fukoro
ijinkan kami “bermimpi”. Bermimpi untuk
menyantuni secara all out dengan totalitas menjadi “pelayan Alloh”. Mimpi kami membumbung tinggi
untuk memberi jaminan kesehatan bagi keluarga yatama dan fukoro. Memberi
ketrampilan kerja buat remaja putus sekolah.Membeili rumah untuk sekretariat dan pusat kegiatan & usaha. Mendirikan
lembaga pendidikan gratis bagi yatama dan fukoro. Memiliki usaha mandiri untuk men generate revenue bagi kontinuitas
santunan bagi yatama, dhuafa dan fukoro. Mudah-mudahan mimpi ini menjadi kenyataan
bukan sekedar “bunga mimpi”. Jika ini terwujud maka cita-cita memiliki kendaraan yang “mewah dan nyaman” yang
akan mengantarkan semua jamaah An Nahl menuju keabadian surga yang indah bukan hanya
sekedar mimpi.

Semoga dilapangkan dan dibukakan jalan oleh Allah swt semua cita2 jamaah Annahl.... Amin ya Rob.
BalasHapusTidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, kecuali jika kita malas. Usaha, ikhitiar dan doa menjadi energi luar biasa untuk mewujudkan impian. Insya Alloh kita bisa merealisasikan semuanya....Aamiin
BalasHapus