Selasa, 28 Mei 2013

SEKEPING MIMPI

 
Mimpi,...bagi sebagian orang hanyalah "bunga tidur" yang tidak jelas makna dan gunanya. Seringkali pemimpi diolok-olok dengan peribahasa " bagai pungguk merindukan bulan", yang artinya sesuatu yang mustahil alias impossible.  Well,.. saya punya tafsir lain. Orang yang berani bermimpi berarti dia  mempunyai spirit untuk “ merubah nasib” dari keadaan impossible menjadi possible, from nothing to something. Wow,…ini menarik. Jadi bermimpi itu punya kekuatan yang luar bisa untuk melepaskan diri dari keadaan saat ini yang serba terbatas menjadi serba bisa (serba ada ) . “ Mimpi” sebagai kata benda akan menjadi tidak berarti apa-apa jika tidak diubah menjadi kata kerja “bermimpi”. Artinya perlu ada follow up dan action plan untuk mewujudkan mimpi itu. Saat  itulah gerakan “bermimpi” akan mengalirkan energi yang luar biasa besar untuk menggerakkan seluruh potensi yang ada pada diri kita menuju satu target….berubah dan menjadi lebih baik, kata lain dari sukses.

Awal kegiatannya majelis ini  hanya menyelenggarakan pengajian rutin, tausiah agama, makan…..lalu pulang. Tidak ada follow up dan implementasi terhadap tausiah agama yang disampaikan berbusa-busa oleh ustadz. Lama kelamaan majelis ini bagaikan pohon yang daunnya lebat tetapi tidak ada buahnya. Ada sih manfaatnya tetapi kurang maksimal. Sebenarnya yang  baik adalah semakin banyak pengetahuan tentang agama maka makin banyak pula amal perbuatan yang bermanfaat bagi ummat dan lingkungannya. Simpel tapi tidak mudah implementasinya.  Sebab ilmu agama itu bukan hanya konsep indah yang hanya enak dibicarakan di mimbar dan majeli ta’lim. Ilmu agama juga bukan hanya janji manis surga bagi yang taat dan ancaman neraka bagi yang melanggar. Ilmu agama  juga bukan hanya ritual peribadatan untuk meredam hawa nafsu dan mencari ketenangan jiwa manusia. Tetapi ilmu agama itu sebagai suatu sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dan alam agar semua berjalan dengan baik, benar , teratur dan smooth . Karena itu harus ada produk akhir dari sistem tersebut. Jika produknya kurang bagus berarti ada sistem yang tidak berfungsi. Jika tidak punya produk berarti kita tidak menjalankan sistem tersebut dengan benar ( mengaku beragama tetapi sebetulnya tidak beragama ).
 
Kesadaran ini menggugah jamaah untuk mem balance antara ta’lim dengan implementasi ( amal perbuatan ) di masyarakat. Kami memilih da’wah bil hal di masyarakat. Terngiang di telinga kami saat ustadz menyampaikan tausiah “ Tahukah kamu (orang ) yang mendustakan agama ? Itulah orang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin”. Well, ...mement ini kemudian menjadi “milestone” sekaligus pilot project. Lalu kami patungan  untuk “belajar” menyantuni yatama, tapi mampu nggak ya….? Berapa anak yatim yang akan kita santuni,…1…2…3…4…atau…? Berapa nominal santunan yang akan kita berikan..? Apakah kita bisa konsisten menyantuni tiap bulan…? Bagaimana jika keuangan kita tiba-tiba seret…? Tapi subhanallah……semua keraguan itu ditepis Alloh dan atas pertolonganNya, beberapa dermawan bersimpati dan menggelontorkan dana kepada kami. Yang awalnya berat  sekali " even though 3 person only ", sekarang 10 anak yatim pun bisa . Jujur,……darah kami “mendidih”. Kami semakin percaya bahwa “dompet” Alloh sangat banyak. Berbeda dengan isi dompet kita yang sangat terbatas jumlahnya. Kami merasa seperti “kebanjiran” dana . Hari-hari berikutnya selalu dikejutkaran dengan aliran dana yang mengalir deras. Oleh karena itu, setelah empat bulan berjalan menyantuni 10 yatama, kami memutuskan menambah lagi 13 orang dhuafa . Sehingga total menjadi 23 anak. Sampai di sisi cerita kemudian berubah 180 derajat. Nahkoda kami dihantam “angin buritan” disertai petir dan halilintar menyambar-nyambar.  Kapal sedikit oleng dan terhempas ke kanan dan ke kiri.  Awak kapal bersikap sigap dan segera merapatkan barisan, saling bergandengan tangan untuk menguatkan dan meneguhkan tekad untuk menyelamatkan kapal. Pelan tapi pasti angin buritan bisa ditaklukan  seiring dengan meredanya sambaran petir dan hailintar. Kapalpun  kini melaju dengan sangat  gagah, cepat dan kokoh.  Sejalan dengan itu nahkoda kapal kini sudah pulih kembali dari “mabuk laut” dan bersiap menjalankan kemudi kapal seperti sedia kala. Alhamdulillah,  Alloh memberi kami kekuatan luar biasa untuk menjalani cobaan ini dan keluar dari kesulitan yang mendera kami.

Kini setelah kami “lulus” ujian dan semakin kuatnya financial, tekad, semangat dan cita cita kami untuk menyantuni yatama, dhuafa dan fukoro ijinkan kami “bermimpi”.  Bermimpi untuk menyantuni secara all out dengan totalitas menjadi  “pelayan Alloh”. Mimpi kami membumbung tinggi untuk memberi jaminan kesehatan bagi keluarga yatama dan fukoro. Memberi ketrampilan kerja buat remaja putus sekolah.Membeili rumah untuk sekretariat dan pusat kegiatan & usaha. Mendirikan lembaga pendidikan gratis bagi yatama dan fukoro. Memiliki usaha mandiri untuk men generate revenue bagi kontinuitas santunan bagi yatama, dhuafa dan fukoro. Mudah-mudahan mimpi ini menjadi kenyataan bukan sekedar “bunga mimpi”. Jika ini terwujud maka cita-cita  memiliki kendaraan yang “mewah dan nyaman” yang akan mengantarkan semua jamaah An Nahl menuju keabadian surga yang indah bukan hanya sekedar mimpi. 

Semoga tulisan ini menginspirasi  jamaah dalam ucapan, sikap dan perbuatan untuk melayani  anak asuh yatama, dhuafa dan fukoro lebih baik lagi. Aamiin


2 komentar:

  1. Semoga dilapangkan dan dibukakan jalan oleh Allah swt semua cita2 jamaah Annahl.... Amin ya Rob.

    BalasHapus
  2. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, kecuali jika kita malas. Usaha, ikhitiar dan doa menjadi energi luar biasa untuk mewujudkan impian. Insya Alloh kita bisa merealisasikan semuanya....Aamiin

    BalasHapus