Minggu, 08 September 2013

Alloh Men-Challenge....Kami Menjawab


Sejak majelis ta’lim ini terbentuk thn 2011 dan kurang lebih 8 bulan bersentuhan dengan anak yatim dan dhuafa, jujur kami katakan bahwa banyak sekali kejadian di luar hitungan matematika manusia mengiringi perjalanan rohani kami dalam proses belajar menjalankan firman firman Alloh. Kejadian itu bisa saja berupa kemudahan atau pertolongan Alloh yang datang pada waktu dan tempat yang tepat. Tapi, tidak sedikit pula diselingi ujian kepada kami sebagai pribadi maupun jamaah An Nahl


Iedul Fitri belum lama beranjak, tiba-tiba menyodorkan “test case” kepada kami. Ditengah terik matahari, kami kedatangan seseorang yang belum dikenal identitasnya. Dia bernama Dewi Afriyanti, beralamat di Kampung Sudimampir RT 04/01, Kelurahan Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Dia menceritakan ikhwal penderitaannya pasca melahirkan anak ke-3. Suaminya bernama Rendo Saputra bekerja sebagai operator kemidi putar. Kelahiran anak pertama  dan kedua berjalan normal, tapi saat melahirkan anak ketiga bermasalah sehingga menghabiskan biaya 1, 3 juta. Jelas dia tidak mampu membayar biaya persalinan sebesar itu. Dia lalu pinjam uang kepada seorang rentenir. Tapi karena bunganya tinggi dia kehabisan stamina untuk mencicil bulanan. Untuk itu dia mendatangi beberapa yasasan dan berharap bisa mendapatkan bantuan. Tercatat Yayasan Dana Abadi Surga membantu sebesar Rp. 300.000 dan Dompet Dhuafa Rp. 450.000. Uang yang terkumpul belum cukup, dia usaha lagi pantang menyerah . Salah satunya, dari mahasiswa pasca sarjana UIN Ciputat mengulurkan bantuan sebesar Rp.150.000. Tapi lagi-lagi masih kurang. Dewi tertegun, terlintas dibenaknya muka rentenir yang marah besar jika hutang tidak dilunasi.. Hari sudah terik, dilihatnya masjid UIN berdiri kokoh seolah melambaikan tangannya mengajak Dewi sholat dhuhur. Usai sholat Dewi berdoa sambil menumpahkan perasannya dan tak terasa air matanya meleleh. Pemandangan ini menarik perhatian mahasiswa bernama Ridwan untuk menghampirinya. Pelan-pelan Ridwan menanyakan apa yang tengah terjadi. Sejurus kemudian Ridwan memberikan no telefon ketua dan bendahara Majelis Ta’lim An Nahl 

Begitulah cerita versi Dewi yang membuat kami semua terdiam. Sesaat keraguan menyergap hati kami,  itu adalah modus penipuan berkedok kemiskinan, bisik syetan mencibir. Masya Alloh, kami menghela nafas sambil break untuk menata hati, dan memulihkan akal sehat. Dewi  dipersilakan menikmati sirop yang telah disajikan. Secepat kilat dia menyambar gelas isi sirop dan....glek…glek…glek….habis!!! Maaf ya pak…bu….saya haus. Pemandangan ini seolah-olah memberi petunjuk dan gambar bahwa cerita ini real bukan rekayasa. Yaa….Alloh apa jadinya jika orang seperti Dewi yang sedang cemas dan takut ancaman rentinir  bertemu dengan misionaris ? Mungkin dia akan menggadaikan agamanya karena putus asa tidak satupun saudara seiman yang mau menolong. Atau kekalutan yang dialami mendorong dia mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri karena tidak kuat menanggung beban yang menghimpitnya. Mungkin Alloh sedang melakukan “tender amal” secara terbatas dengan syarat yang spesifik. Saya sangat yakin yayasan, lembaga ataupun majelis ta’lim sejenis jumlahnya ribuan di negeri ini. Mengapa Dewi datang ke tempat kami dan bukan ke tempat lain ? Mungkin ini memang scenario Alloh untuk men”challenge” kami. Well,…..keraguan kami sirna, hari kami jawab tantanganMu yaa Alloh. Kami akan bayar semua dana yang diperlukan Dewi agar dia menjadi orang yang merdeka. Pecahlah tangis Dewi merasakan keharuan dan pertolongan Alloh yang sudah lama dia dambakan, lantas dipeluk dan dicium ibu pendidikan An Nahl yang saat itu hadir. Tak henti-hentinya dia menyebut nama Allhoh dan terus menerus bibirnya bersyukur atas karunia ini. Seolah tak percaya dengan uang yang telah diterima, dia meminta ijin agar kelebihan uang yang kami berikan bisa untuk membeli beras.  

Inilah sekilas pemandangan sekaligus pelajaran buat kita betapa saat seseorang  mendambakan bantuan orang lain, seharusnya kita bijak menyikapi bahwa posisi dia adalah lemah dan harus dibantu. Janganlah berfikir negative dengan tuduhan yang menyakitkan hati. Sekecil apapun bantuan kita itu sangat berarti buat dia. Lalu kenyataan itu juga menjadi potret langka di jaman sekarang dimana sulit sekali seseorang berkata jujur. Banyak modus yang menjadi lazim untuk melancarkan  penipuan dengan berkedok kemiskinan. Dan pengalaman itu  seolah menjadi cermin untuk mengasah kepekaan, kepedulian dan keikhlasan kita dalam memberi bantuan kepada orang lain. Cross check dan verifikasi itu penting tetapi spirit untuk membantu kepada yang lemah harus di atas segalanya. Jangan pernah ragu untuk memberi karena apa yang diberikan tidak akan sia-sia. Sehingga jadilah kita menjadi perpanjangan tangan dari sifat Alloh yang Rahmatan lil Alamin.

Ada fakta menarik seputar kisah ini yaitu Dewi memerlukan bantuan uang senilai Rp. 230.000. Angka ini ada unsur kesamaan dengan jumlah anak asuh An Nahl yaitu 23 orang. Kemudian Dewi mendapat kontak person An Nahl dari mahasiswa bernama Ridwan. Kita tahu bahwa Ridwan adalah nama malaikat penjaga surga. Adakah ini memberi sinyal kepada kami bahwa jika kami consistent mengurus anak asuh maka malaikat Ridwan akan membukakan pintu surga buat kami ? Subhanalloh…. Mudah-mudahan yaa Alloh. 
Demikianlah sekelumit kisah nyata ini semoga majelis ini tetap committed, consistent dan me-response setiap moment yang dihidangkan Alloh dengan tindakan nyata.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar